MEMAHAMI TACIT KNOWLEDGE
A. Tacit Knowledge
1. Pengertian Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan.Tacit knowledge tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Polanyi pengetahuan tacit bersifat :
a) Tidak dapat dibagi
b) Merupakan hal yang lebih banyak diketahui daripada disampaikan
c) Seringkali terdiri dari kebiasaan- kebiasaan dan budaya yang tidak dapat ditentukan sendiri
d) Tidak dapat dikodifikasikan, tapi hanya dapat dipindahkan atau diperoleh dari pengalaman
e) Menggambarkan know what (fakta) dan know why (sains)
f) Melibatkan pembelajaran dan skill
g) Terbentuk dalam kelompok dan hubungan organisasional, nilai inti, asumsi– asumsi dan keyakinan, sulit diidentifikasikan, disimpan, dihitung dan dipetakan.
Dalam Groff dan Jones “tacit knowledge embedded in individual experience and involving intangible”. Pengetahuan tacit dimaksudkan pada pengetahuan perorangan yang menyatu dengan pengalaman dan tidak berwujud. Ditambahkan oleh Malhotra “Tacit knowledge is know how contains people’s head. The challenge inherent with tacit knowledge is figuring out how to recognize, generate, share and manage it.” Pengetahuan tacit adalah pengetahuan tentang cara yang ada dalam benak manusia. Hal yang berkaitan dengan pengetahuan tacit adalah pengetahuan mengenali, menghasilkan, membagi dan mengatur sesuatu.
Menurut Berkeley pengetahuan manusia bermula pada saat orang mendapatkan ide dimana kesan tersebut muncul dari perasaan dan sistem kerja pikiran atau dengan kata lain ide dibentuk dengan bantuan dari memori dan imajinasi yang menambah, membagi, mengungkapkan perasaan sebenarnya. Selanjutnya menurut Bahm penelitian pada sifat dasar pengetahuan seketika mempertemukan perbedaan antara knower dan known, atau seringkali diartikan dalam istilah subject dan object, atau ingredient subjective dan objective dalam pengalaman. Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentunya berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi.Definisi experience yang diambil dari kamus bahasa Inggris adalah the process of gaining knowledge or skill over a period of time through seeing and doing things rather than through studying. Yang artinya proses memperoleh pengetahuan atau kemampuan selama periode tertentu dengan melihat dan melakukan hal-hal daripada dengan belajar.
Menurut Martin , personal knowledge didapat dari instruksi formal dan informal. Personal knowledge juga termasuk ingatan, story-telling, hubungan pribadi, buku yang telah dibaca atau ditulis, catatan, dokumen, foto, intuisi, pengalaman, dan segala sesuatu yang dipelajari, mulai dari pekarangan hingga pengembangan nuklir.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang bersumber dari pengalaman, keyakinan, asumsi, kebiasaan dan budaya atau proses pembelajaran yang menggambarkan tentang know what dan know why, yang terbentuk dalam pribadi maupun kelompok yang sifatnya sulit. diidentifikasikan, disimpan, dipetakan dan sulit dibagi. Atau dengan kata lain tacit knowledge bersifat subyektif, intuisi, terkait erat dengan aktifitas dan pengalaman individu serta idealisme, value, dan emosi. Didalam aktivitasnya manusia memperoleh tacit knowledge melalui pengalaman pribadi dan sangat sulit untuk dikomunikasikan dengan orang lain yang belum pernah mengalami pengalaman itu sebelumnya.
2. Jenis pengetahuan Tacit
Leonard dan Sensiper mengemukakan pernyataan yang diambil dari asumsi Polanyi yang menyatakan bahwa semua pengetahuan memiliki dimensi tacit. Berman mengemukakan dua jenis pengetahuan tacit:
a. Pengetahuan tacit individual (Individual tacit knowledge)
Pada tingkat individual, konsep pengetahuan tacit berkaitan erat dengan konsep kecakapan/keahlian (Nelson & Winter, 1982; Polanyi, 1969). Meliputi pengenalan pola yang diperoleh melalui kumulatif pengalaman, yang dilakukan dengan latar belakang tidak didasari, sulit diartikulasikan, dan membentuk dasar keahlian individual yang berharga. Tacit ini ada di dalam masing-masing orang, pribadi-pribadi, bersifat unik, tidak tertulis, tapi diketahui.
b. Pengetahuan tacit berbasis tim (teambased tacit knowledge)
Weick dan Roberts mendalilkan bahwa pengetahuan yang terkait dengan aktivitas kelompok disimpan dalam sesuatu yang disebut “collective mind.” Pengetahuan kelompok didefinisikan sebagai kombinasi kognitif individu atau pola yang diperoleh melalui pengalaman bersama dan diekspresikan melalui tindakan sinkronisasi yang tidak disadari ketika kelompok dihadapkan pada tugas kompleks yang harus dilakukan dalam konteks menghadapi tantangan lingkungan. Dengan kata lain pengetahuan yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang namun sifatnya masih tidak terlihat dan ada di dalam pikiran kelompok itu. Contoh yang kerap digunakan adalah orang bermain bola, mereka saling mengoper secara refleks tanpa komunikasi yang bisa dilihat bentuknya. Ini terjadi karena diantara mereka ada pengetahuan yang sifatnya tidak tertulis. Pengetahuan tacit semacam ini sebanarnya banyak dimiliki oleh masyarakat, yang disebut pengetahuan yang tertanam di dalam hubungan antar manusia. Dan pengetahuan semacam ini biasanya disebut trust atau kepercayaan. Saling percaya dan solider menjadi bagian dari pengetahuan. Paradigma lama berpikir bahwa pengetahuan tidak ada hubungannya dengan solidaritas dan norma-norma. Tapi sekarang makin terbukti bahwa hubungan itu ada.
3. Dimensi Tacit Knowledge
Sangkala mengungkapkan bahwa tacit knowledge merupakan pengetahuan yang sangat bersifat pribadi dan juga sangat sulit untuk dibentuk. Selain itu, pengetahuan tacit ini juga sulit dikomunikasikan atau dibagi kepada orang lain.
Jadi, tacit knowledge ini dapat diukur dari dua dimensi yaitu:
a. Dimensi Teknis
Dimensi ini mencakup berbagai macam ketrampilan atau keahlian yang sulit diformalkan.Dimensi ini sangat subjektif, dan pemahaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut sangat pribadi, intuitif, dugaan, dan inspirasi yang muncul dari pengalaman.
b. Dimensi Kognitif
Dimensi ini terdiri dari kepercayaan, persepsi, idealism, nilai-nilai, emosi, serta mental sehingga dimensi ini tidak mudah diartikulasikan. Dimensi ini juga lebih memberikan kesan atau gambaran seseorang
B. Wawancara Sebagai alat memahami pengetahuan
Wawancara, menurut Setyadin (dalam Gunawan,2013) adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.). Sedangkan menurut Nazir (1988), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).Dua teknik yang lebih populer untuk mengoptimalkan wawancara para ahli adalah wawancara yang terstruktur dan cerita.
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur dari ahli materi pelajaran adalah teknik yang paling sering digunakan untuk membuat pengetahuan tacit kunci individu ke dalam bentuk yang lebih eksplisit. Di banyak organisasi, wawancara terstruktur dilakukan melalui wawancara keluar yang diadakan ketika staf berpengetahuan dekat usia pensiun. Sistem manajemen konten sangat cocok untuk penerbitan pelajaran mereka belajar dan praktik terbaik terakumulasi selama bertahun-tahun mereka pengalaman di organisasi. Teknik wawancara terstruktur memerlukan komunikasi yang kuat dan keterampilan konseptualisasi. Selain itu, pewawancara harus memiliki pemahaman yang baik dari materi pelajaran yang ada di tangan. Sesi ini menghasilkan data tertentu untuk menanggapi pertanyaan terfokus . Wawancara terstruktur juga dapat digunakan untuk mengklarifikasi atau memperbaiki pengetahuan awalnya menimbulkan interaksi yang tidak terstruktur. Pewawancara harus menggariskan tujuan spesifik dan pertanyaan untuk sesi akuisisi pengetahuan. Pihak yang diwawancara harus disediakan dengan tujuan sesi dan sampel pertanyaan tetapi biasanya bukan pertanyaan khusus yang akan ditanyakan.
2. Cerita adalah alat lain yang sangat baik untuk menangkap dan coding pengetahuan tacit. Sebuah cerita organisasi adalah sebuah narasi rinci tindakan manajemen, interaksi karyawan, dan acara intraorganizational lainnya yang dikomunikasikan secara informal dalam organisasi. Sebuah kisah dapat didefinisikan sebagai menceritakan suatu kejadian atau serangkaian kejadian terhubung, apakah benar atau fiktif (Denning , 2001). Snowden ( 2001 ) mendefinisikan narasi sebagai : ” bukan hanya menceritakan, membangun atau bahkan memunculkan cerita, ini adalah tentang memungkinkan pola budaya, perilaku, dan pemahaman yang diungkapkan oleh cerita muncul ” ( p. 1 ). Sebuah cerita organisasi dapat didefinisikan sebagai narasi rinci tindakan masa lalu manajemen, interaksi karyawan, atau kejadian penting lainnya yang telah terjadi dan yang telah dikomunikasikan secara informal (Swap et al., 2001). Menyampaikan informasi dalam cerita menyediakan konteks yang kaya, menyebabkan cerita untuk tetap berada dalam memori sadar dan menciptakan jejak memori lebih daripada yang mungkin dengan informasi yang tidak dalam konteks. Cerita dapat meningkatkan pembelajaran organisasi, mengkomunikasikan nilai-nilai dan aturan set, dan berfungsi sebagai kendaraan yang sangat baik untuk menangkap, coding, dan transmisi pengetahuan tacit yang berharga.
C. Sumber Kesalahan dan Permasalahan Wawancara
Menurut Donald P. Warwick dan Charles A. Lininger, ada empat faktor yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi dalam wawancara. Keempat hal itu akan ditunjukkan dalam bagan berikut ini.
1. Pewawancara
Seorang pewawancara yang baik harus memenuhi persyaratan, seperti keterampilan mewawancarai, memotivasi yang tinggi, dan rasa aman. Ia tidak ragu dan takut menyampaikan pertanyaan. Pewawancara juga harus menyampaikan pertanyaan yang, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban, dan mencatat semua hasil wawancara akan bermutu.
2. Informan Informan dapat mempengaruhi hasil wawancra karena mutu jawaban nya yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat dan bersedia menjawab dengan baik. Seorang pewawancara harus bisa mengarahkan responden dan sabar menghadapinya.
3. Topik penelitian
Topik penelitian atau daftar pertannyyan dapat mempengaruhi kelancaran dan hasil wawancara kesediaan responden untuk menjawab tergantung pada apakah dia tertarik pada masalah itu dan apakah topik tersebut sensitif atau tidak.
4. Situasi wawancara
Situasi wawancara adalah situasi yang timbul karena faktor-faktor waktu, tempat, dan adanya orang ketiga, dan sikap masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment